SebuahKeluarga'' (Cerpen Motivasi) Written By Situs Baginda Ery (New) on Rabu, 01 Agustus 2012 | 14.19. Bukan tentang Mereka, Tapi tentang Anda! Ada sebuah keluarga yang hidupnyya sangat miskin. Keluarga ini memiliki 2 orang putra. Blog yang menyediakan berbagai macam artikel yang berkualitas dan layak dibaca oleh semua kalangan,mulai dari Kamumiskin sudah lama. Daripada diamuk istri karena tidak punya warisan mending kelihatannya dimiskinkan koruptor. Kan kita butuh penjelasan tentang kemelaratan (kemiskinan) kita. Hehehe. Dibanding kamu disebut miskin karena tidak bisa bekerja, akhirnya kamu lebih baik mengatakan: "Gara-gara koruptor, akhirnya kita miskin!!" Apakahini sungguhan atau hanya prank belaka? Baru-baru ini saya membaca berita tentang seorang Menteri yang katanya mengeluarkan statement bahwa jumlah rumah tangga miskin di Indonesia terus meningkat. Karena keluarga miskin menikah dengan keluarga miskin lainnya, sehingga muncul keluarga miskin baru. KumpulanContoh Cerpen Anak Anak Terbaik Untuk Pendidikan Karakter Anak. Cerita membawa anak-anak ke dunia fantasi dan hiburan. Tetapi mereka juga mengandung pelajaran dan bisa menjadi cara yang bagus untuk mengajar anak-anak tentang dunia. Cerpen singkat, renyah, dan dilengkapi dengan moral yang berharga kami sajikan di blog ini. LenteraPENDIDIKAN.com,MUARAENIM-Dari basis data terpadu Kabupaten Muaraenim, jumlah keluarga miskin Kabupaten Muaraenim sekitar 60 ribu Kepala Keluarga (KK) atau rumah tangga akan mendapat bantuan Sembako dari Pemkab Muaraenim dari musibah Covid 19, Senin (6/4/2020).. Menurut Jubir Covid 19 Kabupaten Muaraenim Panca Surya Diharta, Jika dampak Covid 19 terua berlanjut, sebanyak 60 ribu Muhadjir Sesama Keluarga Miskin Besanan, Lahir Keluarga Miskin Baru. News. Close LKKwfe. . Sebaik-baiknya pengetahuan adalah pengetahuan yang bermanfaat. Sebaik-baiknya berbagi plus connecting adalah membaca buku yang ditulisbagikan hasil bacaannya. Bisa begitu gak ya? Kalau bisa, oke lanjut. Barisan kata-paragraf setelah itu di bawah ini bukanlah resensi atau kritik pada buku. Apalagi sejenis “meta-teori”. Sungguh-sungguh ini cuman sedikit cerita tentang karya, sedikit kesaksian atas pembacaan. Ini tentang sebuah buku yang lahir berasal dari formalitas antropologi. Buku yang saat pertama kali diterbitkan, S Aji masihlah ruh yang belum diamanahkan Tuhan merintis tugas sebagai manusia fana di bumi yang sementara. Buku yang dalam bahasa asalnya berjudul Five Families; Mexican Case Studies in the Culture of Poverty Basic Books. Terbit tahun 1959 oleh antropolog berkewarganegaraan Amerika Serikat, Oscar Lewis. Five Families; Mexican Case Studies in the Culture of Poverty diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia pada tahun 2001 oleh penerbit Yayasan Obor Indonesia. Lalu ada lagi cetakan ke dua pada tahun 2016 bersama dengan judul Kisah Lima Keluarga Telaah-telaah Kasus Orang Meksiko dalam Kebudayaan Kemiskinan. Saya kurang menyadari kecuali sebelum ini telah ada penerbit yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Indonesia. Yang jelas, berasal dari ucapan terimakasih penulisnya, buku ini lahir berasal dari studi etnografis yang memakan sementara kurang lebih 10 tahun yaitu berasal dari tahun 1948 sampai 1958. Studi yang termasuk menandai pergeseran lapangan penelitian antropologi berasal dari fokus pada penduduk primitif kepada petani dan penduduk miskin perkotaan. Sebagaimana judulnya, buku ini menceritakan suasana hidup sehari-hari lima keluarga Meksiko. Kelima keluarga itu adalah keluarga Martinez, Gomez, Gutierrez, Sanchez, dan Castro. Ada kurang lebih 422 halaman yang harus dihabiskan kecuali menginginkan nikmati pelukisan mendalam Oscar Lewis atas kebudayaan kemiskinan Culture of Poverty keluarga Meksiko. Saya sendiri baru membaca keluarga pertama, Martinez. Sang kepala keluarga bernama Pedro dan istrinya bernama Esperanza, nama-nama yang mengingatkan kita tentang telenovela yang dulu jaya di stasiun tv tanah air kurang lebih tahun 1990an. Pedro mewakili style kepala keluarga yang otoriter dan berkuasa, sedang Esperanza, perempuan simple dan patuh. Saking miskinnya keluarga ini, untuk menyalakan tungku, Esperanza menolak pakai korek api yang tetap merupakan barang mewah sementara itu. Esperanza menentukan mengipasi arang yang mengendapkan bara selama malam. Kehebatan Oscar Lewis, irit saya, adalah ia menuliskan aktifitas proporsi kerja bagian keluarga laki-laki dan perempuan dalam tempat tinggal keluarga Martinez secara detail. Apa yang dilakukan Esperanza dan anak perempuannya selama hari termasuk anak laki-laki mereka yang pergi bekerja di ladang ikuti bapak mereka sampai senja memanggil pulang tergambar begitu hidup. Pelukisan proporsi kerja ini dibaluti oleh pelukisan lingkungan tempat tinggal mereka bersama dengan detail pula. Sehingga yang terbaca adalah pelukisan mendalam yang bolak balik antara kehidupan dalam tempat tinggal domestik dan kehidupan di luar publik dalam lansekap besar kebudayaan kemiskinan manusia Meksiko. Tidak berhenti di situ, Oscar Lewis termasuk melukiskan emosi-emosi yang terlihat berasal dari interaksi bagian keluarga, konflik-konflik Pedro bersama dengan anak perempuan termasuk anak lelakinya. Termasuk kekuatiran Esperanza saat mempersiapkan makanan untuk keluarga besar yang hidup di ruang sempit. Asiknya lagi, tidak ada evaluasi moral atau kritik pada kemiskinan yang termuat dalam pelukisan keluarga Meksiko ini. Sehingga kenikmatan membaca tidak berhenti sejenak karena harus mencari penjelasan pada kritik-kritik teori pembangunan. Saya termasuk merasakan bahasa yang digunakan oleh Oscar Lewis, sejauh membaca hasil terjemahannya, relatif lebih mudah menuntun pikiran dan perasaan. Kenikmatan yang sama tidak aku langsung temukan saat pertama kali membaca buku antropolog Clifford Geertz-nama yang harus ditulis hati-hati karena letak huruf z dan t yang tidak boleh tertukar demi tidak ditegur kali ke dua oleh Pakde Ahmad Jayakardi, he he he- tentang Involusi Pertanian, misalnya. Bisa menjadi karena energi tangkap aku tetap terlampau sederhana. Sesederhana kerinduan kepada kemunculan lagi Vonny Cornelia..[lhooo!! GagalPindahIdola] Yang jelas, Oscar Lewis menulis laporan penelitian lapangannya seperti sebuah cerpen yang terlampau detail dan mendalam lagi hidup. Saya jadi ada di dalam [URL="https// lucu[/URL] , mengalami emosi yang diaduk-aduk, terenyuh dan 1/2 tidak yakin ada potret keluarga seperti tempat tinggal tangga Martinez. Ternyata kesan bahwa pelukisan lima keluarga dalam kebudayaan kemiskinan Meksiko seperti membaca karya sastra termasuk diakui oleh Parsudi Suparlan. Antropolog Indonesia yang ikut memberi kata pengantar. Begini kata Parsudi Suparlan yang pertama kali membaca buku ini tahun 1967 ...tulisan-tulisan Oscar Lewis perlihatkan kemampuannya dalam melukiskan kehidupan penduduk yang ditulisnya agar terlihat dekat sekali dan seolah-olah hidup dalam imaji para pembacanya. Dia mampu mengungkapkan perasaan-perasaan, emosi-emosi, dan dan imaji-imaji para pelakunya sebagai sesuatu yang terlampau hidup agar pembacanya jadi terlibat di dalam adegan-adegan peristiwa-peristiwa. Tulisan-tulisannya tidak cuma bermutu secara tehnis ilmiah antropologi, tapi termasuk sebagai karya sastra yang sedap dibaca...hal xix Masih penasaran bersama dengan kesan yang aku rasakan secara subyektif bahwa membaca Lima Keluarga seperti tengah membaca cerpen yang detail lagi dalam, aku membaca pengantar yang ditulis sendiri oleh Oscar Lewis. Pada halaman delapan, antropolog yang meninggal tahun 1970 ini katakan Telaahan tentang hari-hari yang di sediakan di sini berusaha memberi tambahan kesiapan dan kehidupan yang dideskripsikan oleh seorang pengarang novel. Meskipun demikian, keikatannya yang utama ialah kepada pengetahuan sosial bersama dengan segala kebolehan dan kelemahannya. Setiap kemiripan antara potret-potret keluarga ini bersama dengan fiksi adalah kebetulan belaka. Oscar Lewis lantas menyebut karya tentang potret lima keluarga miskin ini sebagai “realisme etnografis”. Barangkali ini dia maksudkan untuk membedakan bersama dengan “realisme sosial” yang merupakan tidak benar satu aliran dalam bersusastra. Entahlah. Setibanya di sini, aku merasakan karya Lima Keluarga Meksiko boleh menjadi bacaan rujukan referensi sekaligus acuan tehnis cara menulis dalam menyusun cerpen atau novel. Tentu saja para Fiksianer tidak harus menyita sekolah spesifik antropologi atau lakukan riset sampai 10 tahun untuk tiba pada pelahiran karya yang nikmat luar biasa seperti Oscar Lewis. Sebatas yang aku lihat, dalam konteks berolah sastra, Lima Keluarga Miskin Meksiko ini sepertinya mampu menjadi “panduan” bagaimana membangun cii-ciri tokoh, kronologis plot, konflik, dan tehnik menutup cerita tanpa terbebani acuan moral yang buat berat. Akan lebih "nendang" seandainya diperkuat oleh sedikit riset kecil. Sebegitu dulu kesaksian bacaan aku atas Lima Keluarga Miskin Meksiko buah penelitian etnografis Oscar Lewis. Di luar langit jadi mendung, senang ngangkat jemuran dulu. Selain termasuk tetap ada empat keluarga yang belum aku masuki dapur dan kamar tidur mereka yang sesak lagi miskin di vecindad. Terimakasih Mbah Oscar Lewis! 05-10-2017 1032 Diubah oleh upilbos 05-10-2017 1040 Abstrak Makalah ini bertujuan untuk mengungkap tema cerita pendek Hamsad Rangkuti berjudul Karjan dan Kambingnya. Analisis dilakukan dengan menggunakan pendekatan struktural. Pendekatan ini menganalisis unsur-unsur struktur yang membangun karya sastra dari dalam, serta mencari relevansi atau keterkaiatan unsur-unsur tersebut dalam rangka mencapai kebulatan makna. Dalam pembahasan, aspek sintaksis, semantis, dan pragmatis cerita pendek tersebut dikaji untuk mengungkap tema cerita. Kata Kunci Tema kemiskinan, aspek sintaksis, aspek semantis, aspek pragmatis I. LATARBELAKANG Dalam kata pengantar kumpulan cerpen Hamsad Rangkuti, Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa Hamsad Rangkuti mampu menangkap detil suatu objek atau peristiwa yang kadang terlewatkan oleh kita. Sampah Bulan Desember, 2000 xii. Cerpen-cerpen Rangkuti banyak menyoroti kehidupan orang-orang miskin. Ia dianggap mampu merepresentasikan 1 masyarakat miskin dalam karya-karyanya. Rangkuti mencoba untuk menggugah kepedulian kita terhadap masyarakat miskin yang sering ditelantarkan dan di tempatkan dalam posisi marjinal. Sehubungan dengan hal tersebut, makalah ini bertujuan untuk mengungkap tema salah satu cerpen Hamsad Rangkuti yang berjudul Karjan dan Kambingnya. Pembahasan didasarkan pada landasan berfikir kaum strukturalis yang menganggap teks sebagai sebuah bentuk otonom. Kaum strukturalis berpendapat bahwa untuk memaknai sebuah teks karya sastra, kita harus menempatkan teks 1 Meski banyak definisi untuk kata representasi, dalam pembahasan ini penulis mendefinisikan representasi sebagai ciraan atau gambaran. Dani Cavallaro, Teori Kritis dan Teori Budaya Yogyakarta Niagara, 2004, hlm. 69. Cerpen keluarga tak mampu yang berjudul kubuang rasa malu demi anakku adalah cerita tentang keluarga miskin yang anaknya ingin sekolah tapi tak mampu membayar uang pendaftaran lebih jelasnya cerita keluarga yang kurang mampu tersebut disimak saja cerpen pendek atau cerita mini dengan judul kubuang rasa malu demi anak dibawah Rasa Malu Demi Anak Author Reski PurnamaWajahnya terlihat murung, setelah tahu bahwa aku tidak punya uang sebanyak itu. Pulang dari ladang, dia memberi kabar bahwa dia diterima di sekolah yang dia inginkan."Pah, aku diterima. Senin depan harus mendaftar ulang.""Berapa uang pendaftarannya, Nak?""Satu juta tiga ratus tujuh puluh lima.""Hmm, iya akan apah usahakan."Nominal yang anakku sebutkan itu tentu saja tidak ada. Kerja sebulan pun aku belum tentu bisa memegang uang sebanyak aku ayah yang tidak sempurna. Tetap miskin walaupun kerja siang aku pungkiri jika selalu menunggak bayar uang sekolah mereka.'Nak, maafkan papah.'**Usai makan malam. Anakku kembali menanyakan hal itu. Maklum waktu pendaftaran pun dibatasi pihak sekolah, lewat batas akhir berarti dianggap hangus."Pah, gimana? Atau aku sekolah di SMA saja? Kalau di SMA biaya masuknya cuman lima ratus ribu."Aku menelan ludah yang hampir kering. Jangankan lima ratus, bahkan dompet ini tak berpenghuni sedikitpun."Sabar ya, Nak. Pokoknya akan apah usahakan.""Hmm, baiklah."**"Abang punya uang? Mau minjam kemana lagi? Udahlah, aku lebih baik dia berhenti sekolah dari pada anak tua kita." Istriku berucap tanpa berpikir lebih sengaja, ternyata anakku itu mendengarnya, aku lihat dia menangis tertahan. Aku mengerti pasti hatinya terluka."Kamu jangan bicara begitulah, Ma. Bagiku anak-anakku akan tetap aku sekolahkan bagaimana pun caranya.""Ya terserah, Abang."Hari-hari mulai berlalu, aku lihat dia berusaha tegar, semakin membuatku merasa bersalah. Dia masih beraktifitas seperti biasa, hanya sering terlihat kali teman-temannya datang karena dia belum juga mendaftar ulang. Dia hanya menjawab dengan senyum yang menuruti semua keinginan ibunya. Bahkan tidak mengapa ikut berendam di air yang keruh walaupun lisan ibunya sudah menyayat harinya aku berpikir keras. Mungkin ada jalan keluar yang lain. Hingga akhirnya aku putuskan untuk mengemis ke pihak harinya, sebelum mulainya masa orientasi siswa-siswi baru. Aku dan dia berangkat ke sekolah menemui kepala yang bersangkutan."Pak, apakah boleh anak saya sekolah dulu, uang pendaftaran belakangan."Waka siswa itu tercenung sejenak. Aku tidak tahu pasti apa yang dia pikirkan. Apakah dia mencemoohku dalam hatinya, ntahlah."Saya tidak bisa memutuskan, Pak. Mungkin lebih baik bapak datang ke sekolah besok."Aku mengangguk, kami pun pamit pulang. Ke esokan paginya aku penuhi janji untuk datang langsung ke sekolah. Kulihat anakku sudah berkemas memakai baju putih abu-abu bekas kakaknya berangkat mengantongi uang seratus enam puluh sembilan ribu. Sesampainya di sekolah, aku masuk ke ruangan tata usaha. Di sana banyak guru dan kepala diminta bicara langsung dengan kepala sekolahnya. Tanpa malu aku memohon kepada kepala sekolah."Pak, tolonglah. Izinkan anak saya sekolah dulu. Uang pendaftarannya menyusul."Beberapa kali kepala sekolah itu menarik napas panjang dan membuangnya dengan kasar."Mana anak Bapak itu?"Aku bergegas memanggil anakku ke luar. Di dekat tiang, aku lihat dia menangis sambil kedua netranya terus memandang barisan teman-temannya yang sedang MOS."Nak, ayo masuk. Jangan menangis."Dia masuk setelah menghapus air matanya. Kepala sekolah langsung melontarkan beberapa pertanyaan."Benar kamu ingin sekolah di sini?""Iya, Pak.""Kenapa tidak di SMA? Di sini kan biayanya mahal.""Nggak, Pak. Pengen di sini, biar bisa kerja tamat dari sini.""Rangkingnya gimana?"Dengan sangat jujur anakku memeberi tahu seluruhnya. Mulai rangking SD sampai SMP."Kok bisa dapat rangking 14 pas SMP?""Banyak yang lebih pintar, Pak.""Masa mau kalah begitu saja? Pasti waktu itu malas ya.""Nggak, Pak.""Hmm, kamu boleh sekolah di sini. Asalkan kamu janji, Bapak mau lihat kamu jadi juara. Sanggup?""Iya, Pak. Inshaa Allah."Aku lega setelah mendengar ucapkan kepala sekolah. Akhirnya anakku bisa sekolah juga. Uang yang aku bawa seluruhnya aku berikan untuk membayar uang mengapa aku pulang jalan kaki, menempuh jarak 2,5 km. Semua demi anakku, karena itu adalah e l e s a i Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Identitas CerpenJudul Cerpen Perihal Orang Miskin Yang BahagiaNama Penggarang Agus NoorPenerbit LakonhidupTahun Terbit 2010PendahuluanPerihal Orang Miskin Yang Bahagia menceritakan tentang orang miskin yang baru diakui kemiskinannya. Dia pernah mau mengubah garis hidupnya yang buruk tetapi tidak bisa karena dia ditakdirkan untuk menjadi miskin. Dia dengan bangga memamerkan kemiskinannya. Walaupun mereka miskin tetapi keluarga mereka sangat bahagia dan selalu bekerja dengan ulet. Isi Resensi Kelebihan dan Kekurangan CerpenKelebihan Ceritanya bagus dan menarik. Disaat orang menceritakan tentang kemewahannya cerpen tersebut justru menceritakakn tentang orang miskin yang bahagia dengan sederhana dan mudah dipahamiGaya bahasanya sederhana tidak terlalu rumitKekurangan Tidak ada konflik yang rumitTidak ada nama tokoh SimpulanCerita tersebut mudah dipahami. Dapat dibaca oleh segala usia baik remaja maupun orang tua. Memiliki nilai moral yang baik,yaitu untuk selalu mensyukuri apa yang diberikan oleh Allah SWT. kepada bisa ditambahi beberapa konflik,agar lebih menarik untuk bisa diberi keterangan nama tokoh,agar pembaca tidak bingung saat membaca Lihat Hobby Selengkapnya Belajar tentang nilai moral dapat dari mana saja. Salah satunya adalah melalui cerpen atau cerita pendek. Walau sederhana, cerpen pendidikan dapat menjadi inspirasi yang membuat pembacanya tercerahkan. Melalui bahan bacaan, pembaca tidak sekedar membaca sambil lalu. Ada penyerapan makna-makna kehidupan yang dapat mengubah pola pikir. Pada akhirnya, membuat pembacanya mengetahui cara hidup yang lebih baik. Berikut ini adalah lebih dari 15 contoh cerpen yang dapat menjadi rujukan untuk memperoleh peran moral dan menginspirasi. Selamat membaca! Daftar ISI15 Contoh Cerpen Pendidikan1. Seorang Raja yang Bertanya tentang Burung Pipit2. Cerpen Pendidikan Tentang Pensil dari Nenek3. Cerpen Pendidikan Tidak Boleh Menyalakan Klakson di Rumah Sakit4. Cerpen Pendidikan tentang Membangun Kebiasaan Baik5. Air Terakhir untuk Ibu6. Cerpen Pendidikan tentang Penghasut7. Balasan atas Kejujuran8. Cerpen Pendidikan tentang Pesan dari Ayah9. Harga Seekor Ikan Arwana10. Cerpen Pendidikan tentang Timbangan Tukang Mentega11. Keledai yang Terperangkap12. Cerpen Pendidikan tentang Menyusun Peta13. Menanam Jagung Kualitas Terbaik14. Cerpen Pendidikan tentang Seekor Sapi yang Terpenggal15. Cerpen Pendidikan Ikan Segar16. Cerpen Pendidikan Kejujuran Seorang Tukang BecakBelajar Makna Kehidupan dari Cerpen Pendidikan Setiap cerita memiliki makna mendalam yang dapat menjadi bahan perenungan. Berikut ini setiap cerpen pendidikan dan makna moralnya 1. Seorang Raja yang Bertanya tentang Burung Pipit Suatu hari di negeri yang jauh, ada seorang raja yang suka menanyakan hal unik pada para pengawalnya. Kali ini, pertanyaan yang ia ajukan cukup membuat pusing para pengawal dan penghuni istana lainnya. Pertanyaan yang raja ajukan adalah “Tahukah kamu berapa jumlah burung pipit yang ada di negeri ini?”. Jelas saja mereka semua kebingungan, karena tidak mungkin melakukan perhitungan tentang hal tersebut. Pertanyaan unik ini rupanya sampai ke telinga seorang pengembara yang sedang singgah di negeri itu. Ia pun kemudian mengunjungi istana dan bertanya pada pengawal perihal pertanyaan sang raja. Setelah mendengar pertanyaan itu, ia minta izin untuk menemui raja untuk memberitahu jawabnya. Ketika sudah berhadapan dengan sang raja, raja berkata “Berapa jawabmu?”. Ia pun menjawab, “Burung pipit di negeri ini ada dua puluh ribu lima ratus tiga puluh tiga ekor, baginda”. Raja pun tercengang dan bertanya “Bagaimana kamu mengetahuinya?”. Pengembara menjawab “Baginda dapat melakukan perhitungan dengan teliti. Apabila jumlahnya lebih sedikit dari saya sebutkan, maka akan ada burung pipit yang datang dari negeri lain untuk mengunjungi keluarganya di sini. Sebaliknya, apabila jumlahnya kurang, maka akan ada burung pipit dari negeri ini yang pergi mengunjungi kerabatnya di luar negeri.” Raja sangat menyukai jawaban cerdik pengembara itu. Ia pun memberikan hadiah yang berharga untuknya. Pesan Moral Berpikirlah cerdik atas setiap situasi. 2. Cerpen Pendidikan Tentang Pensil dari Nenek Adi adalah seorang anak sekolah yang duduk di bangu kelas 6 SD. Dia adalah anak yang bertanggung jawab. Namun, suatu ketika ia bersedih karena memperoleh nilai yang buruk pada mata pelajaran ilmu alam. Ketika sedang tenggelam dalam kesedihannya, nenek yang sangat menyayanginya masuk ke kamarnya dan menanyakan keadaannya. Adi pun menceritakan tentang nilainya yang sangat tidak memuaskan. Kemudian, nenek justru memberikan sebuah hadiah kecil untuknya. Hadiah ini berisi sebuah pensil baru dengan gambar karakter kesukaan Adi. Adi sedikit tersenyum, namun bermaksud menolak hadiah dari nenek karena merasa tidak pantas. Ia berkata “Aku tak pantas mendapatkannya sebagai hadiah, Nek, nilaiku kan jelek” katanya dengan sedih. Nenek pun menjawab “Terimalah nak, sebab pensil ini mirip denganmu”. Adi pun nampak kebingungan dengan maksud nenek. Nenek melanjutkan “Pensil ini perlu diraut hingga runcing agar berguna. Ia melalui proses yang menyakitkan. Sama seperti dirimu yang perlu melalui proses jatuh bangun yang sakit hingga menjadi manusia yang berguna nantinya”. Adi pun mengerti dan mulai tersenyum. Pesan Moral Setiap orang perlu melalui proses menyakitkan untuk membentuk dirinya. 3. Cerpen Pendidikan Tidak Boleh Menyalakan Klakson di Rumah Sakit Suatu hari ada seorang ibu muda yang baru saja mengunjungi temannya yang sakit di rumah sakit. Ketika akan menyetir keluar dari area parkir, jalannya terhalang oleh mobil lain yang sedang menurunkan penumpang. Ibu muda ini menjadi tidak sabar, ia mulai membunyikan klakson berkali-kali. Seorang dokter muda datang menghampiri mobilnya dan menegur agar ibu ini berhenti membunyikan klakson. Alasannya, karena memang tidak diperkenankan membunyikan suara keras di area rumah sakit. Namun, ibu muda ini justru semakin kesal dan berkata kasar pada dokter muda tersebut. Keributan pun terjadi dan banyak orang kemudian mendekat untuk melerai. Sebagian menyalahkan dokter muda karena mereka berpendapat bahwa tidak sepantasnya seorang dokter marah-marah. Namun, juru parkir rumah sakit lalu mendekat dan memberikan kesaksian, bahwa ibu muda lah yang telah melanggar ketentuan dengan membunyikan klakson dengan keras dan berkali-kali. Ibu muda ini pun akhirnya pergi meninggalkan area rumah sakit dengan tertunduk malu. Pesan Moral Dimana bumi dipijak, disitu langit dijunjung. Artinya, dimanapun berada, ikutilah ketentuan atau peraturan yang berlaku pada tempat tersebut. 4. Cerpen Pendidikan tentang Membangun Kebiasaan Baik Alkisah ada seorang anak remaja bernama Nita. Nita memiliki kebiasaan buruk, yaitu sering tidak tepat waktu dan bahkan melanggar janji. Ia beberapa kali telah mengecewakan teman-temannya karena kebiasaan buruk ini. Suatu kali Nita dan beberapa orang temannya membuat janji untuk berangkat berlibur bersama di akhir pekan. Mereka bersepakat untuk berkumpul dan berangkat pada pukul 7 pagi. Namun, Nita sendiri yang tak kunjung muncul hingga pukul 8. Hingga akhirnya, salah satu teman menelepon Nita dan mengetahui bahwa ia terlambat bangun dan terpaksa tidak jadi ikut berlibur. Teman-teman kecewa karena sudah terlanjur menunggunya. Mereka jadi berangkat terlalu siang hingga akhirnya terjebak macet. Beberapa tahun berlalu, Nita masih berteman baik dengan teman-temannya saat remaja dulu. Suatu hari Nita bermaksud ingin mengajak teman-temannya reuni untuk bernostalgia tentang masa remaja mereka. Nita pun mengundang teman-temannya ke rumahnya untuk datang makan malam. Ia sibuk sejak siang untuk mempersiapkan hal tersebut. Namun, hingga jam yang telah disepakati, belum ada temannya yang datang. Bahkan hingga tengah malam, Nita duduk sendirian di meja makannya. Rupanya, teman-temannya tidak dapat hadir dan tidak memberi kabar karena mengira hal tersebut adalah hal yang biasa bagi Nita. Pesan Moral Jangan membangun kebiasaan buruk. 5. Air Terakhir untuk Ibu Meira adalah seorang gadis remaja yang menyayangi ibunya. Suatu hari, ibunya jatuh sakit. Karena ayahnya sibuk bekerja, maka Meira lah yang harus merawat ibunya. Suatu malam, ibu membangunkan Meira dengan suara seraknya. Ibu meminta Meira mengambil segelas air untuknya. Walau enggan harus turun dari tempat tidur di tengah malam, Meira melakukannya juga. Ia mengambil segelas air, lengkap dengan tutupnya. Kemudian, meletakkannya di nakas samping tempat tidur Ibu. Kemudian, ia sendiri kembali tidur. Paginya saat bangun, Meira terkejut bukan main. Rumahnya sudah sangat ramai. Bendera kuning sudah terpasang di teras rumahnya. Ibu Meira meninggal dunia. Hingga beberapa tahun berlalu, air terakhir untuk Ibu yang Meira ambilkan masih ada pada nakas samping tempat tidur ibu. Meira tidak pernah memindahkannya. Segelas air itu menjadi kenangan bagaimana Meira berbakti pada ibunya hingga waktu terakhir. Pesan Moral Berbaktilah pada orang tua pada setiap kesempatan, agar tidak menyesal. 6. Cerpen Pendidikan tentang Penghasut Suatu masa ada seorang gadis kecil bernama Maya. Maya adalah anak dari pedagang ubi kukus. Keluarganya bergantung hidup dari dagangan tersebut. Mereka memiliki sebuah kebun ubi kecil di samping rumah mereka. Setiap hari Kamis sore, Maya ikut belajar mengaji di Masjid yang letaknya di kampung sebelah. Para orang tua biasanya membawakan makanan untuk anak-anak yang belajar mengaji di Masjid. Orang tua Maya tidak pernah ikut menyumbang makanan untuk anak-anak tersebut. Namun, suatu hari keluarga mereka memiliki kelebihan hasil panen ubi. Orang tua Maya sangat senang, karena mereka berpikir akhirnya ada kesempatan untuk menyumbang makanan untuk anak-anak yang belajar mengaji di Masjid. Maka, Kamis sore itu Maya membawa ubi rebus dalam panci yang cukup besar. Ia meletakkannya berjejer dengan makanan-makanan lain. Namun, salah seorang anak lain bernama Yati melihat ubi tersebut dan berkata “ih ubi tidak enak, siapa sih yang membawa makanan seperti ini kesini”. Karena perkataan Yati, nyaris tidak ada anak yang memakan ubi kukus dari orang tua Maya. Khawatir orang tuanya akan sedih, Maya berusaha memakan semua ubi kukus yang tersisa. Maya berjalan pulang dengan perut yang sangat kenyang hingga ia muntah di bawah pohon dalam perjalanan pulang. Ia berjalan pulang dengan menangis. Pesan Moral Perkataan dapat menjadi berkat, perkataan juga dapat sangat menyakiti orang lain. 7. Balasan atas Kejujuran Edi adalah seorang remaja yang akan lulus SMA tahun ini. Ia sangat ingin melanjutkan kuliah. Namun apa daya, orang tuanya sudah tak mampu membiayainya untuk melanjutkan sekolah. Suatu siang saat ia pergi ke pasar atas permintaan ibunya untuk berbelanja, ia menemukan sebuah kantong plastik berada pada bangku di pelataran kios yang tutup. Edi duduk pada bangku itu untuk beristirahat sebelum pulang. Karena iseng, ia membuka bungkusan yang tertinggal tersebut. Ia pikir mungkin itu adalah sampah yang sudah tidak terpakai. Namun, alangkah terkejutnya ia sebab bungkusan itu berisi lembaran uang pecahan ratusan ribu dengan jumlah yang banyak. Ia langsung membayangkan dapat pergi kuliah dengan uang tersebut. Mungkin itu adalah jawaban Tuhan atas doa-doanya. Tetapi ia teringat ajaran orang tuanya tentang kejujuran. Ia pun kemudian melaporkan penemuanya ke kantor polisi. Seminggu kemudian, pemilik uang itu datang ke rumah Edi dan menawarkan sebuah beasiswa pendidikan. Balasan atas kejujuran yang sebelumnya sama sekali tidak Edi duga. Pesan Moral Peganglah teguh prinsip kebaikan. 8. Cerpen Pendidikan tentang Pesan dari Ayah Nana memiliki seorang ayah yang posesif. Ia sering kesal atas perilaku ayahnya tersebut. Ayah Nana melarang Nana untuk pulang terlalu larut. Padahal, Nana masih ingin nongkrong dengan teman-temannya. Nana berpikir, ayahnya berlebihan. Sebab, menurut Nana, teman-temannya sering pulang lebih larut darinya, dan tidak pernah terjadi hal buruk karenanya. Namun, walaupun Nana telah mengutarakan kekesalannya, ayahnya tetap keras kepala. Ayah Nana selalu mengirim pesan agar Nana dapat segera pulang apabila telah melewati pukul 9 malam. Nana kadang menjawab, namun sering juga mengabaikannya karena kesal. Suatu malam, Nana pulang terlalu larut karena lupa waktu saat mengerjakan tugas kuliah bersama teman-temannya. Waktu telah hampir pukul 10 malam. Namun aneh, tidak ada pesan dari ayah. Nana pikir, mungkin HP ayah habis baterai. Sesampainya di rumah, betapa kagetnya Nana. Jalan depan rumah Nana sudah ada tenda dan bendera kuning. Ayah Nana meninggal pukul 8 malam akibat serangan jantung. Pantas saja, ia tidak mengirim pesan untuk Nana pada pukul 9 malam. Pesan Moral Hargailah kasih sayang orang tua, 9. Harga Seekor Ikan Arwana Suatu hari ada seorang guru yang ingin mengajarkan tentang nilai diri kepada murid kesayangannya. Ia pun menyuruh muridnya untuk mengambil foto ikan arwana miliknya. Kemudian, ia menyuruh muridnya untuk mencari orang yang mau membeli ikan tersebut dengan harga terbaik. Pertama-tama, guru itu menyuruh muridnya menawarkan ikan tersebut ke tetangga sebelah. Ketika murid itu pulang, guru bertanya berapa harga yang tetangga tersebut mau bayarkan untuk ikan itu. “60 ribu rupiah, guru” kata murid itu. Kemudian, guru itu menyuruh murid pergi menawarkan untuk kedua kalinya. Kali ini ia menyuruh murid itu ke toko ikan hias. Saat pulang, mata murid itu masih berbinar-binar. Ia melaporkan “Toko itu ingin membelinya dengan harga 1 juta rupiah, guru”. Guru itu tersenyum dan berkata bahwa ia tidak akan menjual ikan kesayangannya tersebut. Ia melanjutkan penjelasannya “kita semua menarik dan berharga pada mata orang yang mengerti nilai diri kita”. Pesan Moral Setiap manusia berharga dan menarik untuk setiap orang lain yang mengerti. 10. Cerpen Pendidikan tentang Timbangan Tukang Mentega Suatu kali pada sebuah desa hiduplah peternak dan tukang mentega yang bertetangga. Tukang mentega berlangganan susu dari peternak sebagai bahan untuk membuat mentega. Suatu kali, peternak ingin membuat roti bakar, sehingga ia bermaksud membeli mentega dari tetangga tersebut. Maka, ia pun membeli sekilo mentega dari tukang mentega. Begitu sampai rumah, peternak terkejut karena timbangan mentega yang ia terima tak sampai 1 kilo. Padahal, ia membayar harga untuk 1 kilo mentega. Merasa kesal, ia memberitahukan hal ini pada perangkat desa. Perangkat desa kemudian mendatangi rumah tukang mentega bersama peternak itu. Peternak itu berkata “Apa yang kau lakukan padaku ini? Mengapa engkau menipu timbangan mentega yang kubeli darimu?”. Tukang mentega pun menjadi kaget juga. Pada hadapan perangkat desa, ia menjawab “Aku tidak memiliki timbangan, aku terlalu miskin untuk membelinya. Maka, aku selalu menimbang mentega dengan susu yang kubeli darimu”. Maka, terungkaplah bahwa yang selama ini melakukan penipuan timbangan adalah peternak. Perangkat desa kemudian membawa peternak untuk mendapatkan sanksi yang layak. Pesan Moral Tindakan buruk akan selalu kembali pada pelakunya. 11. Keledai yang Terperangkap Suatu hari ada seorang pemuda yang memelihara seekor keledai. Ia sangat menyayangi keledai tersebut, karena ia mendapatkannya pada hari ulang tahun yang kelima belas dari orang tuanya. Pada suatu sore, pemuda ini membawa keledainya berjalan-jalan ke hutan. Tak terduga, keledai tersebut terperosok masuk ke dalam sebuah lubang. Pemuda itu kemudian melakukan segala cara untuk mengeluarkan keledai itu, namun hasilnya nihil. Ketika hari menjelang malam, mereka berdua sudah sama-sama kelelahan. Pemuda itu kemudian justru melempar gundukan tanah ke lubang tersebut. Ia berpikir, “Ah usai sudah, biar ku kubur keledai kesayanganku ini”. Namun, keledai itu justru melompat ke setiap gundukan tanah yang pemuda itu masukkan. Semakin banyak gundukan tanah, semakin keledai dekat dengan tepi atas lubang. Pada akhirnya, keledai itu justru dapat keluar dari lubang. Pesan Moral Terkadang kita tanpa sengaja menemukan sebuah solusi ketika mengikhlaskan atau melepaskan sesuatu. 12. Cerpen Pendidikan tentang Menyusun Peta Suatu hari ada seorang gadis kecil yang terus menerus mengganggu ayahnya. Ia belum bisa memahami bahwa ayahnya sedang bekerja. Yang ada pada pikirannya hanya ingin bermain dengan ayahnya. Si ayah kemudian mendapat ide untuk membuat sibuk anaknya, sehingga tidak mengganggunya bekerja. Ia merobek sebuah halaman majalah yang berisi peta dunia. Ia membagi gambar tersebut menjadi beberapa potongan. Ia lalu berkata “Pergilah ke kamarmu, dan susun gambar peta ini.” Gadis kecil itu lalu pergi kamar dengan gembira. Namun, tak berselang lama, ia sudah kembali dan membawa gambar peta yang utuh. Si ayah menjadi kaget. “Bagaimana kamu melakukanya?” tanya nya pada putrinya itu. “Ada gambar wajah seorang wanita di balik gambar peta itu. Aku menyusun gambar wajah itu, sehingga gambar peta disebaliknya juga tersusun”. Si ayah pun kemudian tersenyum dan memeluk putri cerdasnya itu. Ia sama sekali tak menduga putrinya dapat melakukan hal tersebut. Pesan Moral Selalu ada sisi lain dalam setiap tantangan kehidupan yang manusia hadapi. 13. Menanam Jagung Kualitas Terbaik Suatu hari ada seorang petani jagung yang berhasil memanen jagung dengan kualitas terbaik. Ia bahkan berhasil memenangkan beberapa kontes. Kehebatan petani itu pun sampai ke telinga seorang jurnalis yang kemudian datang untuk melakukan wawancara. Dalam wawancara tersebut, terungkap bahwa petani ini selalu membagikan benih jagungnya pada beberapa petani lain yang adalah tetangganya. Tak memahami maksud petani, jurnalis itu pun bertanya “Mengapa engkau melakukannya? Bukankah para petani itu juga bersaing dalam kontes?” Petani itu menjawab “Apakah kamu tidak mengetahui tentang penyerbukan silang? Para serangga selalu berkeliling kebun untuk melakukan penyerbukan. Apabila ia datang dari kebun tetangga, maka akan terjadi penyerbukan silang. Aku tidak mau jagungku bersilang dengan bibit yang kurang baik. Maka aku membagikan bibit terbaik dengan para tetangga. Dengan demikian, mereka menanam jagung kualitasnya sama baiknya dengan jagungku.”. Jurnalis itu pun kemudian mengerti dan terkagum-kagum dengan tindakan petani ini. Pesan Moral Lakukanlah yang terbaik untuk orang lain seperti untuk dirimu sendiri. 14. Cerpen Pendidikan tentang Seekor Sapi yang Terpenggal Alkisah ada sebuah keluarga miskin yang bergantung hidup dari seorang sapi perah. Setiap hari keluarga tersebut memerah air susu sapi dan menjualnya ke pasar. Mereka hidup sangat pas-pasan dari hasil penjualan itu. Kemudian, suatu hari ada seorang pengelana yang singgah ke rumah keluarga miskin tersebut. Keluarga miskin menceritakan tentang kehidupan mereka pada pengelana tersebut. Kemudian, pada subuh hari, ketika hari masih gelap, pengelana itu bangun. Ia memenggal kepala sapi milik keluarga miskin itu, kemudian pergi melanjutkan perjalanannya. Beberapa tahun kemudian, pengelana itu kembali ke rumah itu. Penampakan rumah sudah sangat berbeda. Rumah reyot telah berubah menjadi rumah yang asri dan terawat. Ternyata pemiliknya masih keluarga yang sama. Pengelana itu juga masih disambut dengan sangat baik. Keluarga itu menceritakan bagaimana mereka berusaha mencari penghasilan dengan cara lain setelah orang tak dikenal memenggal sapi mereka. Mereka justru keluar dari himpitan ekonomi setelah satu-satunya tempat mereka bergantung sudah tidak ada lagi. Sampai pada akhir cerita, pengelana itu tidak berkata jujur tentang apa yang telah ia lakukan sebelumnya. Walau demikian, niatnya telah tercapai. Pesan Moral Manusia akan berusaha lebih keras ketika sedang terhimpit. 15. Cerpen Pendidikan Ikan Segar Orang Jepang selalu menyukai ikan segar. Namun, perairan dekat Jepang tidak memiliki banyak ikan. Para nelayan harus pergi lebih jauh ke tengah laut untuk menangkap ikan, kemudian menjualnya ke pasar. Oleh sebab itu, kapal penangkap ikan perlu menjadi lebih besar, sebab mereka perlu pergi lebih jauh. Semakin jauh para nelayan pergi untuk mencari ikan, semakin lama waktu yang mereka butuhkan untuk membawa ikan hingga menepi ke daratan. Jadi, pada saat mereka kembali dan mencapai pasar, ikan-ikan itu tidak segar lagi. Untuk mengatasi masalah ini, nelayan memasang freezer di kapal mereka. Mereka akan membekukan ikan yang mereka tangkap. Ini membantu dalam menjaga kesegaran ikan untuk jangka waktu yang lebih lama. Tetapi, kesegaran seperti yang diinginkan orang–orang Jepang ternyata tidak dapat dipertahankan dengan cara ini. Harga ikan beku kemudian mulai turun. Lalu, para nelayan yang khawatir memasang tangki ikan di kapal. Mereka akan menangkap ikan dan menyimpannya hidup-hidup di dalam tangki. Ikan-ikan itu akan berlarian sedikit, lalu berhenti bergerak sesudahnya. Mereka tidak mati, hanya lelah dan bosan. Sayangnya, ikan–ikan yang demikian ternyata tidak terasa segar ketika orang-orang mengkonsumsinya. Jadi bagaimana para nelayan Jepang memecahkan masalah? Untuk menjaga ikan tetap segar dan hidup sepanjang perjalanan, para nelayan menambahkan hiu kecil di tangki ikan mereka. Memang, hiu akan makan beberapa ikan, tetapi masih banyak yang tersisa dalam keadaan hidup dan segar ketika mereka sampai di pasar. Hiu menciptakan tantangan bagi ikan–ikan dan membuat mereka tetap aktif sepanjang perjalanan. Pesan Moral Manusia justru bertumbuh segar dalam lingkungan yang menantang. 16. Cerpen Pendidikan Kejujuran Seorang Tukang Becak Suatu ada hari ada seorang tukang becak yang selalu mangkal tak jauh dari sekolah. Ada beberapa anak yang hampir setiap hari menggunakan jasa tukang becak ini untuk mengantar mereka pulang. Salah satunya adalah Dion. Rumah Dion berjarak sekitar 2 kilometer dari sekolah. Siang itu, seperti biasa, Dion menggunakan jasa tukang becak tersebut. Setelah sampai, Dion membayar biaya jasa tersebut sebesar Pada siang hari berikutnya, Dion kembali menggunakan jasa tukang becak itu. Namun ada hal yang berbeda. Kali ini tukang becak itu enggan menerima bayaran. Tukang becak itu mengatakan “Pada uang yang kemarin kamu bayarkan, ada uang yang terlipat. Jadi kamu sudah membayar ongkos 2x lipat kemarin. Hari ini, kamu tidak perlu membayar”. Mereka pun saling bertukar senyuman. Pesan Moral Pekerjaan apapun perlu dilakukan dengan integritas dan kejujuran Belajar Makna Kehidupan dari Cerpen Pendidikan Demikianlah lebih dari 15 contoh cerpen yang dapat menjadi rujukan untuk belajar tentang nilai-nilai moral dan inspirasi. Pembaca cerpen dapat menghayati setiap cerita dan melakukan refleksi secara mandiri. Sehingga, pembaca akan memperoleh pencerahan dari cerita-cerita tersebut. Kemudian, menerapkan nilai-nilai baik dalam kehidupannya sehari-hari. Harapannya, pembaca dapat menjalani kehidupan yang semakin baik. Beberapa makna kehidupan yang dapat pembaca resapi dari beberapa cerita diatas adalah kejujuran, integritas, dan bekerja keras. Selain itu, ada juga makna kehidupan mengenai nilai diri, kecerdikan, dan ketaatan pada peraturan yang semua cerita ini dapat menjadi rujukan yang bermanfaat untuk lebih mendapatkan pemahaman tentang cerpen pendidikan. Selamat membaca!

cerpen tentang keluarga miskin